Percutaneous coronary intervention
(PCI) adalah prosedur non-bedah untuk menangani penyempitan pembuluh darah bagi
penderita penyakit jantung koroner(PJK). Penyakit jantung koroner disebabkan penyempitan
pembuluh darah jantung atau arteri koronaria. Supaya melebar, pembuluh darah
diberi stent, semacam tabung atau ring yang dimasukan ke saluran pembuluh darah
sehingga dapat menahan dan membuat pembuluh darah melebar.
Metode stent awalnya dilakukan oleh
Andreas Grunzigh, pakar penyakit jantung dari Swiss keturunan Jerman, pada
tahun 1977.penelitian yang dilakukan Grunzigh berupa pembalonan penyempitan
pada pembuluh darah koroner manusia. Sejak saat itu, penelitian berlanjut
hingga muncul stent jenis metal pada tahun 1988. Namun terdapat kelemahan pada
stent berjenis metal ini, yaitu secara alamiah ada reaksi dari dalam tubuh
terhadap benda asing(reaksi seluler). Pemasangan stent tersebut menyebabkan
luka pada tubuh. Jika tubuh terluka, trombosit akan menutup luka tersebut,
tetapi ini berbeda dari pelukaan di dalam tubuh. Trombosit tersebut akan
menjadi trombosit aktif, yang akan mengaktifkan trombosit lain untuk menempel. Akibatnya,
timbul gumpalan darah yang menggangu pembuluh darah yang dipasangi stent metal
tersebut. Untuk mengatasi penggumpalan darah yang tidak diharapakan, pemasangan
stent selalu disertai dengan pengenceran darah. Sekitar 2001, baru berkembang teknologi
stent lapis obat yang sampai saat ini masih digunakan. Namun karena masih tetap
menggunakan metal, tentu saja masih terdapat kelemahan, yaitu alat tersebut
akan tetap berada di dalam tubuh seumur hidup dan jika terjadi penyempitan
pembuluh darah lagi, harus dipasang stent kembali.
Teknologi stent terus berkembang hingga
terciptanya bioresorbable vascular scaffold(BVS). Stent jenis ini tidak
menggunakan bahan logam, tetapi berbahan polylactide acid, yaitu bahan alami
seperti pati jagung, pati tapioca, atau pati tebu dan biasa digunakan dalam implan
medis. Sebelum ada stent BVS, para dokter jantung umumnya menggunakan bare-metal
stent dan drug-eluting stent(DES) untuk pasien penderita jantung koroner. BVS
adalah stent yang memiliki resiko paling minim diatara stent-stent lainnya.
Secara teknis, pemasangan stent BVS
tidak memiliki perbedaan dengan stent metal. Pasien penderita penyakit jantung
koroner harus menjalani diagnostic angiography, suatu cara dimana dokter akan
melihat langsung letak anatomi pembuluh darah, letak sumbatan, dan seberapa
berat sumbatannya. Pemasangan BVS hanya memakan waktu sekitar 1 jam. Pasien pun
hanya mendapat bius lokal dan dapat melihat proses PCI melalui monitor.
Sumber:
Majalah Gatra edisi 49(11-17 oktober 2012)
Penulis:
Mukhlison S. Widodo
No comments:
Post a Comment